'/> [ Kesaksian ] Dikala Sang Malaikat Ajal Menjemput

Info Populer 2022

[ Kesaksian ] Dikala Sang Malaikat Ajal Menjemput

[ Kesaksian ] Dikala Sang Malaikat Ajal Menjemput
[ Kesaksian ] Dikala Sang Malaikat Ajal Menjemput
Jumpa lagi dengan saya Abu azma sebagai admin situs abuzmashare.id, sudah usang saya tidak menulis blog ini sebab memang ini sudah bukan lagi blog utama, yaa.. hanya daerah menyebarkan pengalaman saja, jadi jikalau tidak ada pengalaman yang perlu dishare ke sobat semua, tidak menulis. Karena dalam 3 hari ini saya ada pengalaman yang mungkin sangat mempunyai kegunaan untuk anda semua, maka akan saya ungkapkan di sini, dengan harapan akan ada pelajaran hidup yang sanggup kita ambil demi kehidupan yang lebih baik.


Sesuai judulnya, "Kesaksian Ketika Sang Malaikat Maut Menjemput" wah.. dari judulnya saja sudah menarik perhatian kita untuk di baca, apa lagi ketika ini bertepatan dengan bulan Ramadhan 1439 H - 2018. Sesuai pesan Nabi Muhammad SAW, yang sebelumnya berasal dari Malaikat Jibril semoga di treruskan kapada ummat Muhammad (Hadis Riwayat, Baihaqi) bahwasannya :

Isy ma syi'ta fainnaka Mayyitun, Wahbib ma syi'ta fainnaka Mufarroquhu, Wa'mal ma syi'ta fainnaka Majziyun bihi"
Artinya :
"Hiduplah sesuka hatimu, tetapi (ingat) engkau niscaya akan mati.
Cintailah siapa pun yang ingin engkau cintai, tetapi (ingat) engkau niscaya akan berpisah darinya.
Berbuatlah sesuka hatimu, tetapi (ingat) engkau niscaya akan mendapatkan balasannya"

Sesuai dengan pesan Nabi Muhammad (sholawat untuk beliau) diatas terang bahwa, Allah mempersilahkan menyayangi apa saja di dunia ini (harta, istri, anak dan semua yang menyenangkan di dunia ini) tetapi ingatlah suatu ketika kita akan berpisah dengannya, perpisahan itu berupa kematian.

Inilah yang saya alami ketika melihat dan menyaksikan sendiri di depan mata, yaitu janjkematian seseorang, dan orang itu yaitu abang kandungku sendiri. Ini menjadi pelajaran yang sangat berharga dalam kehidupanku ini, seumur hidupku gres pertama ini saya menyaksikan bagaimana malaikat maut itu menjemput ruh abang saya.

Waktu itu (minggu, 27 mei 2018) antara pukul 08.00 - 09.00. Yang sebelumnya masuk IGD pada malam hari sekitar 21.30, saya mendapatkan kabar sekitar pukul 23.00 bahwa kaka saya di bawa ke IGD - RSUG Ujung Berung Bandung, penyakitnya kambuh lagi nafasnya sesak, dan berat ketika menghirup udara.

Sebenarnya penyakit yang dia derita yaitu Kanker Hati, yang sebelumnya yaitu hepatitis B dan menjurus ke liver, yang di tandai pada matanya yang berwarna kuning dan muka pucat dampak dari liver ini, sebagaimana kita ketahui "Liver" artinya Hati, pada stadium tertentu akan terjadi pembengkakan pada hatinya. Dan penyakit ini berdasarkan dokter belum ada obatnya, adanya hanya obat kemoterpai semoga virusnya tidak menyebar dan memperparah.

Saya perhatikan, awal mula tertangkap tangan penyakit Hepatitis B waktu 3 bulan yang lalu, sanggup di lihat dari status di Facebook yaitu tanggal 13 maret 2018, kemudian status FB yang ke 2 pada satu bulan berikutnya pada 7 April 2018. Baru saya menyadari penyakit jenis ini sangat membahayakan jiwa manusia, dalam waktu 3 bulan menjadi penyebab meninggalnya kaka saya.

Yang sangat membekas pada diri saya yaitu bagaimana dia menghadapi sakarotul maut, pagi itu sekitar pukul 07.00 - 08.00 saya di telepon abang ipar (istri kakak) semoga secepatnya ke IGD kaka saya ingin bicara, ketika itu saya mulai terlintas dalam pikiran "pasti akan terjadi sesuatu dan ini pesan terakhir" segera sehabis terima telepon itu saya pergi ke kamar mandi basuh muka dan belahan ceopat cepat, kemudian motor saya panasi sambil salin pakaian, segera motor saya gebeerr menuju IGD RS Ujung Berung.

Alhamdulillah pagi itu tidak macet, sebab memang sedang libur hari minggu, sekitar 30 menit dari Cileunyi masih sempat mendapatkan ajakan terakhir beliau, apa yang di ucapkan? inilah yang menciptakan hatiku tersentuh dan meneteskan air mata seketika.

Aku lihat di ruangan IGD itu ada ruangan khusus lagi, disitulah abang saya terbaring dan di sebelahnya juga ada tetangga ranjang yang terbaring. Selang (pipa plastik) terlihat ada di hidung, tertancap di tangan kanan, terpasang di terusan pembungan air kencing, lengan kiri juga terbalut pendeteksi tekanan darah, diatas kepala ada monitor berukuran 14" jikalau nggak salah. 

Sambil saya gemggam tangannya, Aku tiba mas, ada apa? sambil nafas tertahan tahan "Die saya percaya karo imanmu, tolong tuntun saya golekne dalan sing padang" (di saya percaya pada imanmu, tolong bimbing saya cari jalan yang terang) kemudian saya tuntun baca tahlil kalimat "Laa Illahailalloh.. Alloh.. Astghfirllohal'adzim, Laa Illahailallah..." begitu seterusnya dan dia sanggup menirukan dengan baik.

Waktu itu tiba juga anak bungsunya dan masih sempat meminta maaf semua dosanya kepada anaknya "Ndhuk bapak minta maaf ya, ini orang tuamu juga" (sambil menunjuk kesaya) yang artinya menitipkan pada saya. Seketika semua yang hadir meneteskan air mata, istrinya, anak pertama, mbah (ibu kandung), dan saya sendiri yang tidak berhenti membaca tahlil.

Kemudian dia mengucap "Ternyata umurku hanya hingga disini" kemudian saya menjawab, sabar mas iklaskan, jangan memikirkan dunia, lepaskan semuanya, fokus hanya pada Allah. kemudian ditutup dengan perkataan "Aku sudah tidak sanggup bicara lagi" aku jawab, iyo mas.. 

Itulah pamitan Almarhum abang saya, sehabis itu saya lihat nafasnya mulai melambat, ucapan tahlil Laa Illahaillah tertanam dalam hati, kaki dan tangannya bergerak gerak sedikit bergetar dan tubuhnya sedikit terguncang, matanya yang tertutup sekilas terbuka melihat ke atas terlihat warna kuningnya.

Nafas antara tarik dan hembus makin melambat, kemudian perawat melepas selang udara yang ada di hidung dan di ganti mengambil alat pinjaman oksigen yang ada plastik gelembung udaranya. Beliau membisu tidak bergerak masih ada waktu agak usang sekitar 40 menit.

Saya juga perhatikan pada monitor diatas kepala yang dari tadi berbunyi nyaring nit.. nit.. nit.. menujukkan angka, ketika awal saya tiba antara 90 s/d 100 berwarna hijau, namun sekarang turun 75 dan terakhir 25 berwarna merah. 

Saya keluar rungan sebentar sambil melihat di beling luar untuk menelpon semua saudara, dan tetangga bahwa abang saya lagi kritis di gantikan anak pertamanya yang membacakan kalimat Laa Illahailallah di bisikkan pada telinganya

Lalu masuk kembali dan tetap membacakan tahlil di indera pendengaran kananya, saya sentuh pergelangan tangannya yang dingin, juga kakinya mulai dingin, tidak ada nadi yang berdenyut. Kemudian pada leher dan dahinya yang tadi ada keringat, saya lihat mulai mengering, saya sentuh lehernya masih hangat dan nadi pada leher masih aktif.

Tapi hidung makin tidak terlihat menghirup udara, saya perhatikan dan berkata "Mas.. bernafas mas.. " kemudian terlihat menghirup nafas sekali tapi tidak di hembuskan. Saya meyakini kaka saya sudah meninggal dunia, kemudian saya menghampiri dokter jaga yang ada di situ "Dokter coba cek tampaknya kaka saya sudah tiada" 

Lalu dokter jaga bersama perawat laki laki membawa alat deteksi denyut jantung yang ada selang kecil kecil yang ujungnya di tempelkan pada dada, saya lihat ada monitor kecil masih ada grafik denyutan, tapi lamah, saya tanya "Masih ada dok?" dokter menjawab masih, satu menit kemudian grafik kecil itu hanya sebuah garis datar dan lurus.

Dokter jaga itu kemudian berkata "Keluarganya sudah di hubungi? saya jawab, sudah. Saat itulah dokter memastikan kaka saya telah tiada, dan semua alat yang melekat di lepas semua, tangan di luruskan sedekap di depan perut dan di tali, kaki di luruskan di tali pada ke-2 jempolnya, badan di tutupi selimut yang tipis yang dibawa dari rumah.

Lalu ranjangnya di dorong keluar, kami mengikuti di ruang, apa namanya, jikalau ngak salah Pemulsaran jenazah. Lalu mulai membicarakan jenbazah mau di bawa kemana, dikuburkan dimana.  Sesuai rencana, mayat bawa pulang dulu di rumah sendiri untuk di mandikan, dikafani dan di sholatkan warga setempat. 

Setelah semua beres kami bawa ke tanah kelahiran dia di Sragen Jawa tengah, dibawa memakai kendaraan beroda empat Ambulance dari RSUD Ujung Berung Bandung. Dari Bandung pukul 12 siang berangkat, hingga di Sragen sekitar pukul 23.00 disana juga sudah disambut program terima mayat terkumpul kelurga, tetangga dan saudara luar kampung. Aku lihat begitu ramai, dan kebersmaan tolong-menolong masih terlihat jelas, itulah kehidupan di kampung.

Walaupun di Bandung sudah di sholatkan, tapi rupanya tetangga juga ingin mensholatkan lagi, sebagai tanda penghormatan dan doa. Lalu sekitar pukul 01.00 mayat dibawa ke sempurna peristirahata terakhir dan di kuburkan di sana, disana adatnya "lebih cepat, Lebih Baik" walaupun pukul 1 dini hari tetap di kuburkan. 

Itulah 1 hari 1 malam yang sangat berkesan dalam hidup saya, dan menjadi pelajaran saya sendiri.Umur insan tidak ada yang mengetahui kapan ujungnya, abang saya meninggal usia 48+ tahun, usia yang masih cukup produktif dan masih banyak keinginan yang belum terwujud.

Harapan saya, dengan adanya goresan pena ini sanggup mengingatkan kita semua, sebagaimana pesan Nabi Muhammad di awal goresan pena ini Berbuatlah dan Cintailah segala sesuatu yang ada di dunia ini, tapi kita semua akan mati dan mendapatkan balasannya, dengan begitu kita lebih cerdas memanfaatkan, mengisi sisa umur kita.
Advertisement

Iklan Sidebar