'/> Bung Karno, Putra Sang Fajar

Info Populer 2022

Bung Karno, Putra Sang Fajar

Bung Karno, Putra Sang Fajar
Bung Karno, Putra Sang Fajar


           

Perjuanganku lebih ringannya alasannya yakni mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit alasannya yakni melawan bangsamu sendiri.


        Soekarno, atau yang lebih familiar di sapa Bung Karno, yang menyebut dirinya sebagai Putra Sang Fajar. Beliau yakni “penyambung pengecap Rakyat Indonesia”. Lahir di Surabaya, pada 6 Juni 1901. Memang benar, di awal kala ia lahir. Saat matahari tengah ingin terbit, calon presiden Republik Indonesia yang pertama ini dilahirkan oleh ibunya. Maka julukan putra sang fajar pun menempel pada dirinya.
            Perjuangan Putra Sang Fajar untuk memerdekakan Indonesia dari penjajahan Belanda sangatlah berat. Puluhan tahun ia berada di dalam penjara, alasannya yakni perbuatan nya menentang penjajahan pada waktu iut. Ada satu dongeng yang menarik dari salah satu “tour” nya didalam penjara kolonial. Putra Sang Fajar pernah merasa terkungkung, di dalam penjara yang hanya cukup untuk dirinya sendiri. Satu ruang kecil yang begitu gelap, sempat menciptakan Putra Sang Fajar sedikir redup. Hanya ada satu ruang, dan di satu ruang itu pula Putra Sang Fajar makan dan buang hajat. Teman setia nya yakni cicak di dinding.
            Tidak sendiri memang Putra Sang Fajar terpenjara. Di samping bui nya terdapat rekan seperjuangan nya yang juga sama sama mendekam. Hanya tiap malam mereka sanggup saling bercengkerama. Dengan trik berbitrik keras keras. Di akui memang, hidup dalam penjara sangat menekan batinnya.
            Namun bukan Putra Sang Fajar namanya jikalau ia menyerah. Tak akan merdeka kita sekarang, bila Putra Sang Fajar berhenti dikala itu. Ia merelakan kehidupan pribadinya hancur. Merelakan segala harta benda, keluarga, bahkan nyawanya sendiri. Berkat usaha nya, kini Bangsa Indonesia sudah mencicipi nikmat nya kemerdekaan.
            Pada tanggal 17 Agustus 1945, di hadapan sebagian kecil rakyat Indonesia, Putra Sang Fajar membacakan proklamasi kemerdekaan nya. Hampir tidak ada dokumentasi yang berarti, hanya satu foto yang itu pun sempat di rampas oleh para penjajah. Bahkan, rekaman pengucapan proklamasi yang disebarkan di radio radio, dan yang sering kita dengar sampai dikala ini, bukan merupakan rekaman orisinil dikala Putra Sang Fajar memproklamirkan pada hari keramat itu. Akan tetapi, itu semua tidak sedikitpun mengurangi kecintaan bangsa Indonesia, atas semua jasa jasa nya.
Advertisement

Iklan Sidebar